top of page
Search

Apa Bedanya KOL dan Influencer?

  • Writer: Diva
    Diva
  • Oct 4, 2024
  • 3 min read

Apa Bedanya KOL dan Influencer? | Diva

Kalau kamu sering berurusan dengan dunia digital marketing, pasti nggak asing dengan istilah KOL (Key Opinion Leader) dan influencer. Meski terdengar mirip, sebenarnya ada beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Jadi, apa bedanya KOL dan influencer? Yuk, kita bahas lebih dalam biar nggak salah kaprah!

1. Influencer: Si Penggerak Audiens di Media Sosial

Influencer adalah orang-orang yang mempengaruhi keputusan pembelian audiens mereka melalui konten yang mereka buat di media sosial. Mereka biasanya punya banyak followers dan dikenal karena gaya hidup, hobi, atau bidang yang mereka geluti. Influencer bisa dari berbagai niche, seperti fashion, beauty, travel, hingga gaming.

Influencer memanfaatkan kedekatan personal dengan audiens mereka. Karena sering berinteraksi langsung, audiens merasa seperti punya hubungan lebih personal, seakan-akan kenal dengan influencer secara langsung. Inilah yang membuat influencer sangat efektif dalam memasarkan produk, terutama di media sosial.

Data dari HypeAuditor menunjukkan bahwa ada lebih dari 50 juta influencer di seluruh dunia. Namun, yang paling banyak mendominasi adalah micro-influencer, dengan followers antara 10.000 hingga 100.000. Meskipun mereka nggak punya followers sebanyak mega-influencer, engagement rate mereka biasanya lebih tinggi, lho!

2. KOL (Key Opinion Leader): Ahli di Bidang Tertentu

Nah, beda dengan influencer yang sering kali terkenal karena gaya hidup atau kepribadian mereka, KOL (Key Opinion Leader) adalah orang yang dianggap ahli di bidang tertentu. KOL bisa berasal dari berbagai latar belakang, seperti akademisi, profesional, jurnalis, atau bahkan selebriti. Pengaruh KOL biasanya lebih berdasarkan pada keahlian, pengalaman, atau pengetahuan mendalam yang mereka miliki di bidang spesifik.

Misalnya, seorang dokter spesialis kulit bisa menjadi KOL dalam kampanye produk skincare. Meskipun mereka nggak selalu aktif di media sosial atau punya banyak followers seperti influencer, opini mereka dianggap lebih kredibel dan berpengaruh karena mereka punya otoritas di bidang yang mereka geluti.

Menurut data dari eMarketer, 92% konsumen lebih percaya rekomendasi dari KOL dibandingkan dengan iklan langsung dari brand, terutama di industri kesehatan, teknologi, atau pendidikan.

3. Perbedaan Fokus: Kredibilitas vs Popularitas

Perbedaan utama antara KOL dan influencer adalah fokus mereka. Influencer lebih fokus pada popularitas dan interaksi mereka di media sosial. Semakin banyak mereka di-mention, di-like, atau di-share, semakin besar pengaruh mereka.

Di sisi lain, KOL lebih fokus pada kredibilitas di bidang tertentu. Mereka mungkin nggak sepopuler influencer di media sosial, tapi pendapat mereka punya bobot lebih besar, terutama di kalangan audiens yang mencari informasi berdasarkan keahlian dan bukti nyata.

4. Cara Kerja: Konten Kreatif vs Opini Berbasis Fakta

Influencer biasanya bekerja dengan brand untuk menciptakan konten kreatif—baik itu dalam bentuk foto, video, atau tulisan—yang menarik perhatian followers mereka. Tujuannya adalah menciptakan buzz atau viralitas, dan sering kali menggunakan pendekatan yang lebih santai dan fun.

Sementara itu, KOL lebih fokus pada memberikan opini atau review berbasis fakta. Mereka nggak sekadar mempromosikan produk, tapi juga memberikan insight mendalam berdasarkan pengalaman atau pengetahuan mereka. Kolaborasi dengan KOL biasanya dilakukan di bidang yang membutuhkan kepercayaan lebih besar dari audiens, seperti kampanye kesehatan, teknologi, atau pendidikan.

5. Branding yang Berbeda: Influencer untuk Awareness, KOL untuk Trust

Ketika brand ingin meningkatkan brand awareness dan menjangkau audiens lebih luas dengan cara yang fun, mereka cenderung bekerja dengan influencer. Kampanye influencer biasanya berfokus pada menarik perhatian banyak orang dalam waktu singkat melalui konten yang mudah diterima oleh semua orang.

Sebaliknya, jika tujuan brand adalah membangun kepercayaan di bidang yang spesifik, mereka akan lebih memilih bekerja sama dengan KOL. KOL punya otoritas di bidang mereka, sehingga pendapat mereka dianggap lebih meyakinkan dan terpercaya oleh audiens.

6. Bisakah KOL Menjadi Influencer dan Sebaliknya?

Tentu saja! Nggak jarang kita menemukan KOL yang juga aktif di media sosial dan menjadi influencer. Contoh nyatanya adalah dokter yang sering memberikan edukasi kesehatan di Instagram atau YouTube. Di sisi lain, ada juga influencer yang mendapatkan status KOL karena mereka punya pemahaman mendalam di niche tertentu, seperti beauty influencer yang benar-benar menguasai bahan-bahan skincare.

Kesimpulan: Siapa yang Lebih Cocok Buat Brand?

Baik KOL maupun influencer punya peran penting dalam dunia pemasaran digital, tapi mereka bekerja di area yang berbeda. Influencer cocok untuk campaign yang butuh awareness besar dan engagement tinggi, sementara KOL lebih efektif untuk kampanye yang membutuhkan kepercayaan dan kredibilitas.

Pada akhirnya, brand yang pintar adalah yang bisa memanfaatkan keduanya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kampanye mereka. Jadi, kalau kamu mau jadi KOL atau influencer, kenali kelebihanmu dan bagaimana kamu bisa memberikan value terbaik untuk brand dan audiens!

Siap menentukan jalanmu: KOL atau influencer?


 
 
 

Comments


Discover Diva to boost your business

More from Diva

Never miss an update

Thanks for submitting!

bottom of page