top of page
Search

Brand Fit Check: Kenapa Konten Bagus Nggak Selalu Cocok Buat Semua Brand

  • Writer: Diva
    Diva
  • Jun 11
  • 2 min read

Brand Fit Check: Kenapa Konten Bagus Nggak Selalu Cocok Buat Semua Brand | Diva
Image by Freepik

Bukan cuma fit check alias outfit, tapi penting juga brand fit check! Soalnya, secakep apapun kontenmu, kalau nggak nyambung sama karakter brand-nya, ya bakal terasa kayak maksa kayak pakai blazer ke pantai atau sendal jepit ke kondangan.

Banyak kreator ngerasa udah bikin konten paling niat, aesthetic, storytelling-nya dapet, tapi respons dari brand atau audiens malah... flat. Padahal masalahnya bukan di kualitas, tapi di kecocokan. Konten bagus = penting. Tapi konten yang nyambung sama brand = lebih penting.

Yuk, kita bahas kenapa brand fit check ini krusial banget, dan gimana caranya biar kolaborasi antara brand dan kreator nggak kayak hubungan yang dipaksain.

Kenapa Brand Fit Check Penting Buat Kreator?

  1. Biar Nggak Ngerusak Personal Branding Sendiri 

    Kreator yang kredibel punya ciri khas dan niche. Saat nerima semua brand tanpa mikir cocok nggaknya, citramu bisa blur. Audiens jadi bingung, kamu ini sebenarnya siapa sih? Ini bukan berarti harus nolak semua di luar niche, tapi pastikan tetap relevan dan kamu bisa narik benang merah yang masuk akal.

  2. Engagement Nggak Bohong 

    Brand sekarang bukan cuma ngelihat follower, tapi juga ngebaca data engagement. Kalau kontennya off-brand, likes dan komentar bisa anjlok karena audiens ngerasa "ini bukan kamu". Dan brand yang ngerti akan mikir dua kali buat kerja sama lagi.

  3. Ngaruh ke Kredibilitas Jangka Panjang 

    Konsistensi adalah kunci. Kreator yang kelihatan pilih-pilih brand (dalam artian positif) biasanya lebih dihargai karena mereka nunjukin standar. Ini bikin brand-brand premium pun jadi lebih tertarik.

Tips Buat Kreator: Gimana Cek Brand Fit Sebelum Nerima Kerjasama

  • Lihat Value dan Misi Brand Tanya dulu: brand ini peduli sama apa sih? Apakah sesuai dengan nilai yang kamu bawa? Misal, kamu vokal soal sustainability, ya jangan kolab sama brand yang nggak transparan soal produksi mereka.

  • Kenali Audiens Sendiri Apa yang disukai followers kamu? Apa yang biasanya mereka engage? Kalau kamu kreator parenting, produk party anak bisa jadi cocok, tapi vape? Big no.

  • Uji Respons dengan Soft Mention (Kalau Bisa) Kadang kamu bisa coba nyebut brand tersebut secara natural di konten biasa (tanpa endorse) dan lihat respons audiens. Kalau oke, berarti ada sinyal positif buat lanjut ke kerja sama.

  • Tanya ke Brand: Kenapa Milih Kamu? Yes, jangan takut nanya! Ini bukan sombong, tapi kamu butuh tahu ekspektasi mereka dan alasannya memilih kamu. Kalau jawabannya "karena follower kamu banyak", hmm... pikir ulang deh.

Dari Sisi Brand Juga Harus Hati-hati

Brand juga nggak boleh asal pilih kreator. Jangan cuma kejar angka, tapi lihat apakah si kreator bisa jadi wajah yang mewakili value brand. Jangan sampai brand yang kalem dan profesional malah masuk ke konten kreator yang isinya sarkas tiap hari. Bukan jelek, cuma nggak cocok.

Kombinasi yang tepat itu kayak duet harmoni bukan sekadar satu pihak numpang lewat. Brand dan kreator sama-sama punya tujuan, dan tugas barengnya adalah menyampaikan pesan dengan cara yang resonate.

Kolaborasi yang Nggak Maksa Itu Terasa

Di tengah dunia digital yang serba cepat dan konten yang numpuk tiap detik, authenticity jadi mata uang paling mahal. Kreator yang tahu kapan bilang "ya", dan kapan bilang "kayaknya belum cocok", justru lebih dihargai. Brand juga jadi lebih selektif dan strategis dalam milih partner.

Jadi, sebelum deal kerjasama, jangan cuma cek brief-nya. Cek juga vibes-nya.


 
 
 

Comments


Discover Diva to boost your business

More from Diva

Never miss an update

Thanks for submitting!

bottom of page