Coba Tips Ini Yuk! Naikin Growth Akun Cuma Gara-gara Sering Live? Seriusan?
- Diva

- Apr 15
- 3 min read

Di tengah gempuran konten yang makin estetik, editan yang makin halus, dan audio viral yang kejar-kejaran, ternyata ada satu hal yang sering dianggap remeh tapi efeknya luar biasa: live.
Bukan cuma buat say hi sama followers, live ternyata bisa jadi senjata rahasia buat naikin growth akun. Bahkan ada cerita nyata: setelah rutin live selama seminggu, dalam minggu itu juga empat kontennya langsung tembus FYP. Kebetulan? Bisa jadi. Tapi kayaknya bukan sekadar hoki deh.
Nah, buat kamu yang lagi serius (atau setidaknya mulai mikir serius) pengen grow sebagai content creator, coba deh baca sampai habis. Mungkin ini titik tolak yang selama ini dicari.
1. Live = Interaksi Real-Time, dan Algoritma Cinta Banget Sama yang “Rame”
Platform seperti TikTok dan Instagram punya satu kesamaan: mereka cinta sama keramaian. Semakin banyak interaksi, semakin besar peluang konten kamu didorong ke lebih banyak orang.
Live itu ibaratnya open house digital. Siapa aja bisa mampir, nanya-nanya, bahkan cuma nimbrung tanpa niat. Tapi justru dari momen kecil kayak gini, sinyal ke algoritma makin kuat. Semakin banyak orang stay, makin algoritma bilang, “Oke, akun ini seru. Dorong ke atas!”
Bayangin live kayak lampu sorot. Sekali nyala, orang nengok. Tapi kalau nyala terus, orang mulai nungguin. Efeknya? Nama dan wajah kamu makin familiar di feed orang-orang.
2. Konsistensi Itu Seksi (di Mata Algoritma, Tentu Saja)
Bukan cuma soal rajin upload, tapi juga soal menunjukkan kehadiran. Live tiap hari — meskipun singkat — itu tanda bahwa akun kamu aktif dan hidup.
Algoritma suka banget sama yang konsisten. Sama seperti orang yang tadinya cuma nyapa basa-basi tapi jadi bikin nyaman karena rutin hadir. Akun yang awalnya sepi pun bisa berubah jadi tempat yang ditungguin kalau terus muncul.
Nggak harus lama, nggak harus ribet. Yang penting: muncul dan berinteraksi.
3. Live Itu Ladang Interaksi yang Alami
Konten yang diedit bisa terlihat rapi, tapi live kasih hal yang lebih mahal: keaslian. Reaksi spontan, tawa nggak ditahan, dan jawaban real-time bikin audiens merasa benar-benar terhubung.
Misalnya kamu lagi live sambil buka paket random, terus ada yang nanya, “Itu lampu estetik di belakang beli di mana?” — Nah! Interaksi langsung terbentuk. Dari situlah trust pelan-pelan tumbuh.
Dan jangan lupa, live bisa diselipin call-to-action ringan kayak, “Nanti aku upload videonya ya, stay tune.” Tanpa sadar, kamu udah nyiapin penonton buat konten selanjutnya.
4. Sekali Live, Bisa Dapat Konten Sekaligus
Pernah kehabisan ide konten? Nah, live bisa jadi penyelamat.
Obrolan live bisa dipotong jadi micro-content untuk TikTok, Reels, atau Shorts. Misalnya, pas bahas topik “Kenapa followers bisa ghosting tiba-tiba?” dan ternyata rame diskusinya — tinggal rekam, potong, upload.
Multitasking level dewa: satu sesi live bisa jadi bahan konten seminggu. Ini cara content creator besar hemat waktu, tapi tetap kelihatan aktif setiap hari.
5. Jangan Kaku, Tapi Juga Jangan Kosong
Live bukan presentasi formal, tapi juga bukan ruang kosong yang diisi diam. Kunci utamanya: jadi teman ngobrol, bukan host acara TV.
Buka obrolan dari hal receh kayak “Lagu TikTok terbaru apa yang paling annoying minggu ini?” sampai cerita soal hari yang absurd juga bisa. Yang penting, audiens merasa diajak ngobrol, bukan nonton pertunjukan satu arah.
Jangan Nunggu Siap, Karena “Coba Aja Dulu” Bisa Buka Pintu Lebar
Banyak yang nunda live karena mikir, “Nanti aja kalau followers udah banyak.” Padahal justru live bisa jadi jalan buat dapet followers pertama. Dan kalau awalnya cuma ditonton dua orang? That’s okay. Bahkan content creator besar pun pernah ngerasain sepi.
Kunci utamanya: mulai dulu, jalanin rutin, dan benar-benar engage sama yang hadir. Karena algoritma bisa ngebedain mana yang niat dan mana yang cuma numpang lewat.
Jadi daripada muter otak mikirin konten apalagi yang harus dibuat, kenapa nggak live aja dulu malam ini? Siapa tahu, minggu depan feed kamu dipenuhi notifikasi FYP.
Bukan trik sulap. Bukan ilmu gelap. Cuma soal keberanian buat tampil dan bilang, “Hai, aku di sini. Yuk, ngobrol.”

Comments