Kenapa Kontenmu Nggak "Nyambung"? Mungkin Kamu Butuh Social Listening!
- Diva

- Jun 23
- 3 min read

“Konten kamu udah bagus, tapi kayaknya kurang ‘nyambung’ deh.”
Kalau kalimat ini pernah muncul di DM atau kolom komentar, bisa jadi kamu belum kenalan sama satu jurus sakti bernama: social listening.
Iya, bukan social media posting, tapi listening. Bukan sekadar upload terus tinggal tidur. Tapi buka telinga lebar-lebar, baca komentar, cari tahu topik yang lagi rame, dan dengarkan audiens maunya apa. Karena ternyata, ini bukan cuma tugasnya brand besar. Buat content creator, baik yang baru mulai atau udah jalan lama, social listening itu ibarat kompas. Tanpa itu, kamu bisa aja bikin konten yang bagus, tapi… nggak nyampe.
Terus, kenapa sih social listening penting banget buat content creator?
Bayangin kamu masak ramen terenak versi kamu sendiri, tapi pas disajikan ke audiens, mereka lagi pengin mie goreng sambal matah. Nah lho. Bukan berarti ramen kamu nggak enak, tapi kamu belum tahu apa yang sebenarnya lagi dicari orang. Nah, di sinilah pentingnya social listening, biar kamu nggak asal bikin konten yang ternyata nggak relate.
1. Biar konten kamu nyambung sama audiens, bukan cuma estetik
Kadang kita terlalu fokus di tone, filter, atau template yang cakep. Padahal audiens lebih butuh konten yang nyambung. Dengan social listening, kamu bisa tahu mereka lagi ngomongin apa, risih sama isu apa, atau justru lagi jatuh cinta sama tren apa. Misalnya, pas semua orang ngomongin soal “revenge bedtime procrastination”, kamu bisa bikin konten yang nyentil kebiasaan scroll TikTok sampai jam 2 pagi dan boom, langsung relatable banget.
2. Nggak sekadar ikut tren, tapi tahu cara nge-remix tren itu
Tren itu kayak ombak, kalau kamu bisa ride the wave, bisa ngebut ke atas. Tapi kalau cuma ikut-ikutan tanpa ngerti konteks, jatuhnya malah cringey. Dengan social listening, kamu bisa tahu tren yang lagi naik, sekaligus paham gimana cara ngasih twist sesuai dengan gaya kamu sendiri. Misalnya, tren “girl dinner” bisa kamu ubah jadi “content creator dinner” makan nasi padang dingin sambil nulis caption jam 11 malam.
3. Social listening bikin kamu ngerti pain point dan trigger audiens
Ini nih yang sering kelewat. Audiens nggak selalu ngomong langsung, tapi mereka ngasih banyak sinyal lewat komentar, thread, atau topik yang sering muncul di timeline. Misalnya, banyak yang ngerasa burnout karena FYP isinya motivasi hustle terus. Nah, kamu bisa bikin konten soal pentingnya slow content creation, istirahat yang mindful, atau bahkan cerita tentang pengalaman burnout kamu sendiri. Kadang, cukup validasi perasaan mereka aja udah bikin audiens merasa “wah ini gue banget”.
4. Bikin komunitas, bukan cuma numpuk followers
Social listening bikin kamu hadir di percakapan mereka. Kamu jadi tahu kapan harus nimbrung, kapan harus responsif, dan kapan harus diem tapi tetap nyimak. Dari situ, kamu bisa bangun hubungan dua arah. Nggak cuma bikin konten yang sepihak, tapi konten yang terasa “dibuat buat kita”. Itulah awal terbentuknya komunitas yang loyal, bukan sekadar followers yang pasif.
5. Dapat insight tanpa harus keluar biaya riset
Social listening bukan sesuatu yang ribet atau butuh tools mahal. Cukup luangkan waktu buat baca komentar, scroll Twitter, kepoin TikTok, atau bahkan ikutin diskusi di thread random. Di situ kamu bisa nemuin inspirasi, insight, bahkan ide konten baru yang mungkin belum kepikiran sebelumnya dan ya semuanya gratis.
Jadi, mau jadi content creator yang didengar? Ya dengarkan dulu.
Konten yang kuat bukan cuma soal visual atau suara yang indah, tapi tentang seberapa dalam kamu connect sama audiens. Dan semua itu dimulai dari mendengar. Mulai sekarang, coba deh scroll sambil merhatiin. Bukan buat nyari ide hari ini aja, tapi buat ngerti siapa yang sebenarnya lagi kamu ajak ngobrol lewat kontenmu.

Comments