top of page
Search

Ketika Market Demand, Passion, dan Skill Jadi Satu: Resep Rahasia Bikin Konten yang Nendang Banget

  • Writer: Diva
    Diva
  • May 19
  • 3 min read

Photo by Freepik
Photo by Freepik

Lagi merasa mentok saat bikin konten? Sudah suka sama topiknya, sudah tahu cara ngolahnya, tapi hasilnya gitu-gitu aja. Atau justru sebaliknya—ikutin tren yang lagi naik daun, tapi rasanya kayak bukan diri sendiri. Kalau begitu, mungkin belum menemukan titik temu antara market demand, passion, dan skill. Ketika tiga elemen ini bersatu, konten bukan cuma ramai penonton, tapi juga terasa autentik dan menyenangkan untuk dibuat.

1. Market Demand: Nggak Selalu Harus Viral, yang Penting Dicari Orang

Market demand sering dikira cuma soal tren dan viral-viralan. Padahal intinya bukan soal ikut-ikutan, tapi soal relevansi. Apa yang sedang dicari, dibutuhkan, atau ingin diketahui oleh banyak orang saat ini?

Contoh sederhana, saat awal pandemi, konten tentang resep rumahan, tips kerja dari rumah, sampai cara belajar online tiba-tiba meledak. Itu bukan kebetulan, tapi karena masyarakat sedang haus informasi dan solusi di bidang itu. Ketika sebuah konten bisa menjawab kebutuhan yang nyata, secara alami akan dicari, dibagikan, dan diingat.

Jadi, sebelum membuat konten, coba dengar lebih dulu apa yang sedang dibicarakan orang. Bisa dari kolom komentar, Google Trends, atau bahkan grup WhatsApp keluarga. Kadang inspirasi muncul dari hal yang paling dekat.

2. Passion: Energi yang Menyala Saat Semua Orang Sudah Tidur

Passion adalah bahan bakar jangka panjang. Tanpa itu, membuat konten bisa terasa seperti beban. Tapi dengan passion, bahkan riset panjang dan proses editing berjam-jam pun bisa terasa menyenangkan.

Misalnya, seseorang yang menyukai dunia kopi bisa berbagi mulai dari teknik seduh manual sampai bedah rasa biji kopi lokal. Ketika konten dibuat dari ketertarikan yang tulus, hasilnya pun terasa lebih hidup. Penonton bisa merasakan energi dan semangat yang ditularkan, dan itu yang bikin konten punya jiwa.

Namun perlu diingat, passion saja tidak cukup jika tidak diarahkan. Kalau topik yang disukai tidak relevan dengan audiens, konten bisa jadi terlalu niche dan sulit berkembang. Di sinilah pentingnya menyelaraskan passion dengan kebutuhan pasar.

3. Skill: Kemampuan yang Membentuk Kualitas dan Konsistensi

Passion bisa memberi semangat, tapi skill adalah pondasi yang menentukan seberapa kuat konten bisa berdiri. Skill bukan cuma soal teknis seperti editing video atau desain grafis, tapi juga mencakup hal-hal seperti storytelling, riset, public speaking, sampai kemampuan membaca data.

Kabar baiknya, skill bisa dilatih. Tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai. Justru dengan terus mencoba, kesalahan dan eksperimen jadi guru terbaik. Banyak kreator sukses saat ini memulai dari video yang buram, suara berisik, atau desain seadanya. Tapi mereka terus belajar, berkembang, dan beradaptasi.

Semakin baik skill yang dimiliki, semakin besar kemungkinan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan efektif. Di dunia konten yang kompetitif, bukan cuma apa yang disampaikan yang penting, tapi bagaimana cara menyampaikannya.

Ketika Tiga Unsur Ini Bertemu: Terjadi Ledakan Kecil yang Konsisten

Bayangkan sebuah titik pertemuan di tengah segitiga: satu sisi market demand, satu sisi passion, dan satu sisi skill. Di titik tengah itulah terjadi momen emas—konten yang dicintai pembuatnya, dibutuhkan audiens, dan dikemas dengan cara yang menarik.

Beberapa kreator konten terkenal bukan sekadar pintar ikut tren, tapi karena mereka tahu siapa diri mereka, paham apa yang dicari orang, dan punya kemampuan menyajikannya secara unik. Dari situ, terbentuk audiens yang loyal, bukan sekadar mampir sekali lalu pergi.

Saatnya Temukan Titik Tengah Versimu

Membuat konten bukan soal siapa yang paling cepat viral, tapi siapa yang paling konsisten menjadi dirinya sendiri, sambil tetap relevan dan berkembang.

Coba cek lagi: apakah konten yang dibuat sudah ada di tengah segitiga itu? Kalau belum, tidak masalah. Proses mencari titik temu ini memang butuh waktu dan eksperimen. Tapi begitu menemukan pola yang tepat, semuanya akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.

Karena konten terbaik bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling nyambung dengan banyak orang—tanpa kehilangan ciri khas pembuatnya.


 
 
 

Comments


Discover Diva to boost your business

More from Diva

Never miss an update

Thanks for submitting!

bottom of page