top of page
Search

Lagi Rame FLKS di TikTok, Emang Bikin FYP? Tapi Hati-Hati, Bisa Kena Ban!

  • Writer: Diva
    Diva
  • May 20
  • 2 min read

Photo by Freepik
Photo by Freepik

“FLKS yuk biar FYP bareng!”

Kalimat ini makin sering muncul di grup-grup sesama content creator TikTok. Di balik singkatan sederhana itu, ternyata ada tren yang lagi naik daun, terutama di kalangan para kreator pemula maupun yang lagi cari boost cepet buat engagement. Tapi tunggu dulu… FLKS ini nggak semanis kelihatannya, karena kalau nggak hati-hati, bisa-bisa malah jadi bumerang.

Apa sih FLKS itu?

FLKS = Follow, Like, Komen, dan Share.

Konsepnya simple: sesama creator saling bantu. Misalnya kamu upload konten hari ini, terus kamu share ke grup “temen-temen se-struggle-an” untuk saling FLKS. Harapannya, algoritma TikTok bakal baca interaksi yang tinggi di awal dan langsung dorong konten kamu ke FYP. Dalam teori, ini kayak suntikan semangat buat konten kamu yang lagi baru tayang. Sounds smart, kan?

Nah, di sinilah muncul masalahnya. TikTok bukan cuma platform hiburan—dia juga canggih banget dalam baca pola interaksi. Jadi, ketika interaksi itu terdeteksi sebagai "nggak natural" atau terlalu sistematis (kayak saling like dan komen dari akun yang sama dalam waktu tertentu secara berulang), TikTok bisa curiga. Dan curiga di sini bukan cuma di-skip... tapi bisa-bisa kamu dikasih peringatan, diturunin jangkauannya, bahkan… dibanned.

Kenapa FLKS Dianggap “Spammy”?

Bayangin kamu ngadain acara pameran, terus semua pengunjung yang dateng adalah temen-temen kamu sendiri, dan mereka pura-pura nanya-nanya barang, beli satu dua, lalu pergi. Dari luar keliatannya rame, tapi sesungguhnya… ya itu-itu aja orangnya.

TikTok punya sistem deteksi spam dan fake engagement yang cukup ketat. FLKS yang terlalu intens atau dilakukan dalam grup tertutup bisa dianggap sebagai manipulasi engagement. 

Selain itu, komen dan share yang terkesan seragam atau kurang organik (misalnya semua komen bilang “keren!” tanpa konteks) juga bisa masuk radar. Bahkan ada kasus di mana creator ngeluh karena views mereka drop drastis setelah terlalu sering ikut-ikutan FLKS.

Apakah FLKS Selalu Salah?

Nggak juga. Selama dilakukan secara wajar dan nggak berlebihan, masih bisa jadi strategi soft boost—misalnya minta temen bantu komen dengan opini mereka yang beneran relate, atau share ke grup yang relevan. Intinya: bikin tetap organik dan alami.

Yang bahaya itu kalau kamu terlalu bergantung. TikTok suka konten yang authentic, yang dapet engagement karena memang relate atau menghibur, bukan karena di-dorong paksa lewat jaringan internal.

Terus, Gimana Dong Biar Tetap FYP?

Tenang, masih banyak cara yang aman dan efektif:

  • Fokus ke storytelling: Konten yang punya narasi, entah lucu, sedih, absurd, atau inspiratif, biasanya lebih kuat untuk dapet interaksi alami.

  • Pakai hook kuat di awal video: 3 detik pertama itu krusial banget. Bikin penonton ngeh sama isi kontenmu sejak awal.

  • Ikutin tren tapi kasih twist personal: Jangan cuma duplikat tren. Tambahin sentuhan khas kamu biar standout.

  • Interaksi dua arah: Bales komen, tanya pendapat, ajak diskusi. Interaksi organik > interaksi setting-an.

FLKS memang bisa jadi jalan pintas buat boost engagement. Tapi kayak semua hal instan lainnya, efeknya bisa cepat habis, dan risikonya nggak kecil. Kalau mau jadi content creator yang tahan lama dan sustainable, fokuslah ke kualitas konten dan cara berinteraksi yang natural. Bangun komunitas, bukan cuma angka.

Jadi, daripada FLKS-an tiap hari dan was-was kena shadowban, mending bikin konten yang bikin orang pengen FLKS-in kamu tanpa disuruh. Karena kalau kontennya kuat, algoritma juga nggak bakal bisa nolak.


 
 
 

Comments


Discover Diva to boost your business

More from Diva

Never miss an update

Thanks for submitting!

bottom of page