Lagi Viral: Konten Pakai Fake Narrative, Itu Apa Sih?
- Diva

- Jul 9
- 2 min read

Konten viral belakangan ini makin kreatif. Ada aja yang tiba-tiba muncul dengan cerita cinta “real-life” yang ternyata hasil settingan. Penontonnya baper duluan, baru sadar itu fake narrative.
Sekarang ini, makin banyak konten yang keliatannya real padahal ternyata plotnya sengaja dibikin. Nggak heran kalau istilah fake narrative makin sering muncul di FYP. Tapi… emang apaan sih fake narrative itu, dan kenapa konten kayak gini bisa booming banget?
Fake Narrative: Cerita Bohongan yang Dibikin Terlihat Nyata
Secara sederhana, fake narrative adalah konten yang nyeritain sesuatu seolah-olah nyata, padahal hasil skenario atau rekayasa kreator. Bisa berbentuk video, thread, atau cerita di caption yang dikemas sedemikian rupa biar penonton percaya itu kejadian beneran.
Jenisnya macam-macam. Ada yang pake aktor buat bikin “konflik pasangan” di depan umum. Ada yang pura-pura jadi korban ghosting terus curhat dramatis. Bahkan, ada juga yang bikin cerita perselingkuhan palsu biar ramein views. Kontennya bisa lucu, menyentuh, atau penuh twist. Tapi intinya: fiktif.
Kenapa ini jadi strategi? Karena algoritma medsos cinta banget sama interaksi. Dan konten fake narrative itu juara banget buat mancing emosi. Penonton jadi ikut kesel, baper, atau terharu. Akhirnya mereka komen, share, dan stay lebih lama di video.
Antara Kreativitas, Clickbait, dan Etika
Buat kreator, fake narrative bisa jadi alat storytelling yang powerful. Tapi di sinilah letak dilema kreatifnya. Ketika menyajikan cerita fiktif tanpa transparansi, penonton bisa merasa dibohongi. Trust yang udah dibangun pelan-pelan bisa anjlok dalam semalam.
Contohnya? Ada akun yang bikin video nangis di jalan sambil cerita ditinggal calon suami. Viral banget, sampai masuk media. Tapi akhirnya ketahuan itu bagian dari promosi brand. Banyak yang kecewa. Bukan karena ceritanya jelek, tapi karena merasa dimanipulasi.
Fake narrative jadi kontroversial bukan cuma soal keaslian, tapi juga soal intensi. Kalau dari awal udah jelas “ini fiksi ya”, atau pakai narasi yang absurd dan jelas-jelas dramatis, publik bisa lebih menerima. Tapi kalau dibungkus sedemikian rupa sampai terlihat terlalu real, ini bisa bahaya, apalagi kalau isunya sensitif.
Tips Buat Kreator: Main Aman tapi Tetap Menarik
Kalau kamu kreator atau mau mulai bikin konten, fake narrative ini bisa jadi pisau bermata dua. Di satu sisi bisa viral cepat, tapi di sisi lain bisa kena backlash kalau dianggap menipu.
Beberapa hal yang bisa dipertimbangin:
Fokus ke storytelling, bukan manipulasi: Bikin cerita yang menarik bukan berarti harus bohong total. Kamu bisa bikin drama ringan yang relatable tapi tetap aman.
Kenal audiensmu: Generasi sekarang makin kritis. Mereka bisa ngebedain mana yang jujur dan mana yang settingan. Dan mereka nggak segan buat unfollow kalau ngerasa dibodohin.
Kuncinya: kreatif itu boleh, manipulatif jangan.
Jadi, Worth It Nggak?
Balik lagi ke kamu. Mau bikin konten yang viral atau yang bertahan lama? Fake narrative bisa jadi alat, tapi bukan fondasi. Penonton sekarang udah capek sama cerita yang ternyata hoax demi adsense atau popularitas sesaat.
Yang tahan lama tetaplah konten yang punya nilai, entah itu hiburan, insight, atau kejujuran. Karena di tengah banjir drama settingan, kadang yang paling berkesan justru yang sederhana dan tulus.
Dan kalau kamu tetap mau coba main di ranah fake narrative, ya silakan aja… asal siap juga kalau tiba-tiba followers berubah jadi “detective online” yang ngulik kebenarannya lebih serius dari investigasi kriminal.
Bukan soal bohong atau jujur, tapi soal niat dan respect ke penonton. Ingat, netizen bisa lupa… tapi juga bisa ingat selamanya.

Comments