Lebih Baik Bikin Konten Viral Demi Engagement atau Originalitas?
- Diva

- Sep 13, 2024
- 4 min read

Scroll di Instagram, TikTok, atau YouTube, kamu pasti sering banget ketemu tren viral yang mendominasi timeline. Mulai dari challenge, dance, sampai tren lip sync, semuanya jadi sorotan. Nah, buat kamu yang baru memulai atau udah lama berkecimpung di dunia konten, pasti ada pertanyaan yang sering muncul: "Haruskah selalu ikut tren yang lagi viral biar tetap up to date dan relevan?"
Menjadi kreator yang selalu terlihat up to date emang penting banget. Tapi, apakah mengikuti tren adalah satu-satunya cara buat tetap relevan? Yuk, kita kupas tuntas plus-minusnya, biar kamu bisa ambil keputusan yang pas buat kontenmu.
Mengikuti Tren Bisa Bantu Boost Visibility, Tapi...
Mengikuti tren viral jelas bisa memberikan keuntungan. Konten yang sedang trending biasanya punya peluang lebih besar untuk dilihat banyak orang karena algoritma platform cenderung mempromosikan tren yang sedang populer. Ini artinya, kamu bisa dapat reach yang lebih luas tanpa perlu mengeluarkan effort yang terlalu besar.
Misalnya, tren dance challenge di TikTok sering banget bikin kreator baru langsung viral. Dengan memanfaatkan momentum tren, konten kamu bisa jadi lebih mudah ditemukan di Explore atau For You Page. Data dari Hootsuite menunjukkan bahwa konten yang menggunakan musik atau trend yang lagi viral di TikTok bisa mendapatkan engagement hingga 80% lebih tinggi dibanding konten yang nggak mengikuti tren.
Tapi… mengikuti tren tanpa strategi yang tepat bisa jadi bumerang. Audiens mungkin akan bosan kalau kamu hanya memproduksi konten yang sama dengan kreator lain tanpa menambahkan sentuhan personal. Kontenmu bisa terkesan generik dan hilang di tengah lautan konten yang serupa. Ini bisa membuat kamu kehilangan originalitas yang justru merupakan daya tarik terbesar dari seorang kreator.
Tips: Kalau mau mengikuti tren, pastikan kamu memberikan twist atau ciri khas yang mencerminkan diri kamu atau niche kamu. Dengan begitu, kamu tetap bisa memanfaatkan tren tanpa kehilangan jati diri.
Tren Cepat Berlalu, Authenticity Bertahan Lama
Salah satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tren datang dan pergi dengan sangat cepat. Mungkin minggu ini ada tren dance yang lagi viral, tapi minggu depan tren itu udah basi. Mengikuti tren terus-menerus bisa membuat kamu kelelahan dan kehilangan arah dalam membuat konten yang benar-benar kamu sukai.
Sementara itu, audiens sebenarnya lebih tertarik dengan konten yang autentik dan unik. Mereka ingin melihat siapa kamu sebenarnya dan apa yang membuatmu berbeda dari kreator lain. Kreator seperti Raditya Dika atau Ria SW bisa bertahan lama di dunia konten bukan karena mereka terus-menerus mengikuti tren, tapi karena mereka konsisten dengan gaya dan konten yang mencerminkan karakter pribadi mereka.
Menurut laporan dari Think With Google, lebih dari 70% audiens di YouTube lebih tertarik pada konten yang terasa autentik dan orisinal dibanding konten yang hanya mengikuti tren semata. Jadi, penting buat kamu menyeimbangkan antara mengikuti tren dan tetap mempertahankan keunikanmu.
Menjadi Trendsetter Lebih Berharga dari Follower
Daripada terus-menerus mengikuti tren, kenapa nggak coba jadi pencipta tren alias trendsetter? Ini jelas lebih menantang, tapi kalau kamu berhasil, hasilnya bisa luar biasa. Tren yang kamu ciptakan bisa memberikan kamu pengakuan dan kredibilitas yang jauh lebih besar dibanding sekadar mengikuti tren orang lain.
Ambil contoh kreator seperti Sisca Kohl yang sering menciptakan tren baru dengan konsep konten yang fresh dan out of the box. Dia nggak hanya mengikuti tren yang sudah ada, tapi juga menciptakan hype baru yang bikin dia terus relevan di mata audiens. Menjadi trendsetter mungkin butuh lebih banyak usaha dan kreativitas, tapi hasilnya bisa memberikan dampak yang lebih besar dalam jangka panjang.
Mengikuti Tren Bisa Meningkatkan Kreativitas, Tapi Jangan Hanya Ikut-ikutan
Di sisi positifnya, mengikuti tren juga bisa jadi alat yang bagus untuk meningkatkan kreativitasmu. Kamu bisa belajar banyak hal baru dari tren yang sedang viral, baik itu teknik editing, format storytelling, atau gaya visual yang menarik. Ini bisa membantumu terus berkembang sebagai kreator.
Namun, penting diingat bahwa mengikuti tren hanya efektif jika kamu benar-benar menambahkan sesuatu yang baru. Jangan hanya meniru tren tanpa modifikasi apa pun. Misalnya, jika ada tren challenge yang lagi viral, cobalah untuk menambahkan unsur kepribadianmu atau ceritakan sesuatu yang menarik dari sudut pandangmu. Dengan begitu, kontenmu akan tetap terasa fresh dan berbeda.
Audiensmu Tidak Selalu Peduli dengan Tren
Ingat bahwa tidak semua audiens tertarik pada tren. Ada segmen audiens yang lebih suka konten evergreen—konten yang relevan sepanjang waktu, terlepas dari tren yang sedang viral. Konten edukasi, tips dan trik, atau storytelling yang mendalam sering kali lebih lama bertahan di benak audiens dibanding tren yang hanya berlangsung beberapa minggu.
Menurut Buffer, konten evergreen memiliki lifespan yang lebih panjang dan memberikan return on investment (ROI) yang lebih tinggi untuk kreator. Konten yang informatif dan relevan secara jangka panjang juga lebih mudah ditemukan lewat pencarian, memberikan kamu kesempatan untuk terus mendapatkan traffic dari konten tersebut meski tren sudah berlalu.
Kesimpulan: Tren Boleh Diikuti, Tapi Jangan Sampai Kehilangan Identitas
Jadi, apakah seorang konten kreator harus selalu mengikuti tren yang lagi viral untuk tetap up to date dan relevan? Jawabannya: Tidak selalu. Mengikuti tren bisa membantu meningkatkan visibilitas dan kreativitas, tapi yang lebih penting adalah menjaga orisinalitas dan keunikan dirimu sebagai kreator.
Ingat, tren akan datang dan pergi, tapi kepribadian dan nilai yang kamu bawa dalam kontenmu adalah yang akan membuatmu tetap relevan di mata audiens. Jadi, jangan takut untuk mencoba tren, tapi pastikan kamu tetap autentik dan tidak kehilangan identitas kreatifmu sendiri.

Comments