The Cost of Virality: Konten Viral Belum Tentu Menguntungkan
- Diva
- 16 hours ago
- 3 min read

"Kontenmu FYP? Selamat! Tapi… terus, dapet apa?"
Kalimat itu mungkin nyebelin, tapi cukup menggambarkan realita banyak content creator hari ini. Di era algoritma yang unpredictable ini, satu video bisa tiba-tiba dilihat jutaan orang dalam semalam. Tapi pertanyaannya: apakah viral itu selalu berarti sukses? Apakah jutaan views = cuan? Atau cuma jadi sekadar vanity metric—angka yang bikin bangga tapi nggak ngasih apa-apa?
Viral = Hoki, Bukan Strategi
Viral itu mirip menang undian. Kadang bukan konten yang paling niat dan mahal yang meledak, tapi justru video random makan tahu bulat yang diambil pakai kamera depan. Algoritma media sosial memang lucu. Dan meskipun kontenmu viral hari ini, algoritma bisa langsung move on besok.
Ada banyak creator yang ngalamin “one hit wonder”—videonya viral, followers naik, tapi engagement di konten berikutnya malah drop drastis. Kenapa? Karena audiensnya datang bukan karena brand atau value yang dibangun, tapi karena momen lucu atau tren sesaat.
Contohnya? Coba cari creator yang viral karena satu video challenge, terus struggle buat dapet engagement lagi. Nggak sedikit dari mereka yang akhirnya rebranding total atau bahkan berhenti bikin konten.
Viral Tapi Gak Relevan
Konten viral belum tentu punya koneksi yang kuat dengan apa yang sebenarnya kamu tawarkan. Kalau kamu jualan skincare tapi viral karena nyanyi lagu galau, bisa jadi followers barumu datang karena pengen dengerin kamu nyanyi, bukan beli produk. Ujung-ujungnya, saat kamu promosiin produk, responsnya dingin.
Ini yang bikin banyak brand juga mulai mikir dua kali untuk hanya melihat angka views. Mereka lebih tertarik sama engaged audience—orang-orang yang beneran peduli dan loyal. Karena dalam dunia bisnis, followers yang beli jauh lebih penting daripada sekadar banyak yang nonton.
Kepuasan Instan Bisa Jadi Boomerang
Viral itu ngasih dopamine instan. Rasanya menyenangkan, bikin semangat, bahkan bisa bikin ketagihan. Tapi hati-hati, ini bisa jadi jebakan. Banyak creator akhirnya ngeburu views terus-menerus, mengorbankan kualitas konten, arah branding, bahkan mental sendiri.
Ada juga yang terjebak di persona viral-nya sendiri—harus terus lucu, harus terus marah-marah, harus terus jadi “si ini” karena itu yang bikin mereka dikenal. Padahal, makin dipaksain, makin cepat audiens bosan. Dan yang paling parah: kreator malah jadi kehilangan jati diri.
Branding dan Konsistensi Lebih Penting
Kalau tujuanmu jadi content creator jangka panjang, bukan cuma cari sensasi sesaat, maka kamu perlu mikirin hal-hal yang lebih mendalam: siapa audiensmu? Value apa yang kamu bawa? Kamu mau dikenal sebagai apa?
Strategi konten yang kuat, pesan yang konsisten, dan community building jauh lebih sustainable daripada ngandelin keviralan yang nggak bisa diulang. Tumbuh pelan-pelan dengan pondasi yang kokoh itu jauh lebih powerful daripada viral semalam tapi nggak punya arah.
Lihat aja beberapa content creator besar yang sekarang udah punya bisnis, kolaborasi brand, bahkan jadi founder startup—mereka semua bangun audience trust, bukan sekadar cari views.
Jadi, Worth It Gak sih Viral Itu?
Viral itu bonus, bukan tujuan. Bisa banget jadi batu loncatan—asal kamu tahu cara memanfaatkannya. Tapi kalau kamu cuma ngejar viral doang, siap-siap kecewa. Karena setelah hype-nya turun, yang tersisa cuma pertanyaan: “What’s next?”
Konten viral bisa bikin kamu dikenal, tapi konten yang relevan, autentik, dan punya value lah yang bikin kamu bertahan.
Jadi, daripada terus nyari cara biar viral, mungkin lebih bijak untuk mulai mikir: gimana caranya bikin konten yang bikin orang stay?
Kalau kontenmu cuma bikin orang mampir, mereka akan scroll dan lupa. Tapi kalau kontenmu bikin orang merasa nyambung, mereka bakal stay, follow, dan bahkan dukung.
Dan hey, siapa tahu, suatu hari… mereka juga bakal bilang, “Aku follow dia dari dulu, sebelum dia viral.”